Makalah
“PENDIDIKAN SOSIAL”
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas,
Materi Hadits Tarbawi
Dosen Pengampuh Dr. H. Abdul Wahid Hasan, M. Ag
Disusun oleh :
NAWAFIL MAKHATIR
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) V B
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH
(INSTIKA)
GULUK – GULUK SUMENEP JAWA TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2016 – 2017
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Esa yang mana saya dapat menyelesaikan tugas tentang
“Pendidikan Sosial” dengan baik tanpa hambatan. Saya mengucapkan terima kasih
banyak kepada para semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah diberikan kepada
saya dalam menyelesaikan makalah untuk
mata kuliah Hadits Tarbawi.
Meskipun
telah berusaha dengan segenap kemampuan, saya rasa bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran
dari bapak dosen pengampuh untuk menegur
kekurangan dan kesalahan demi menyempurnakan makalah saya.
Akhir
kata, kami harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penyusun khususnya.
Penyusun
Nawafil
Makhatir
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang………………………………………………………….......1
- Rumusan Masalah……………………………………………….................. 1
BAB II
PEMBAHASAN
- Memahami Pendidikan Sosial………………………………………………. 2
- Tujuan Pendidikan Sosial…………………………………………………… 4
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan Sosial merupakan suatu
pendidikan yang mempunyai hubungan erat dalam sebuah kemasyarakatan yang di
dalamnya membantu dan saling memperingati atau menegur satu sama lain demi
terwujudnya sebuah tujuan tertentu.
Faktor-faktor kesulitan dalam
mendidik dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan oleh lingkungan maupun
pergaulannya yang mana disini cendrung membentuk sifat baik atau buruknya suatu
prilaku perseorangan tersebut, bisa di pastikan itu semua di sebabkan oleh
lingkungannya, jika lingkungan itu terdeteksi baik maka dampaknya akan baik
juga dan justru sebaliknya namun jika kita terbawa terhadap lingkungan yang
tidak sesuai dengan harapan, maka proses perubahan tersebut bagi seorang pendidik
merasa kesulitan karna kebiasaan prilaku tidak baik pada seseorang tersebut
sudah mendarah daging akibat lingkungan pergaulan bebas, bagi seorang pendidik
itu merupakan suatu permasalahan yang harus di tangani dengan penuh kesadaran dan
keseriusan dalam mendidik serta mencari cara yang memungkinkan mereka keluar
dari kesulitan yang dialaminya.
Hal ini dimaksudkan agar makin
tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan mendorong masyarakat untuk
terus berparisipasi aktif di dalamnya.
B.
Rumusan
Masalah
- Bagaimana kita memahami pendidikan sosial ..?
- Bagaimana tujuan pendidikan sosial …?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Memahami
Pendidikan Sosial
Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.[1]
Pendidikan sama halnya mempersiapkan
dan mengintrospeksi beberapa kekurangan dalam diri kita yang nantinya akan di
asah dan di sempurnakan oleh beberapa ilmu yang kita serap dari seorang
pendidik tersebut, dan kita akan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya serta
lebih mudah dalam menangani suatu permasalan, sebagaimana yang telah tertera
dalam hadits berikut :
اد بني ربّي فأ احسن تأ د بيى
“Aku di didik oleh tuhan ku, dan ia telah mendidikku dengan
sebaik-baiknya”.[2]
Dari hadits ini menunjukkan bahwa
pendidikan dalam islam harus memiliki unsur
dalam makna istilah diatas. Pendidikan dalam Islam adalah pengajaran,
instruksi, perbaikan adab dan pembentukan karakter yang baik.
Sedangkan Sosial merupakan suatu
kelompok atau kemasyarakatan yang di dalamnya penuh rasa persaudaraan, saling
tolong menolong antara satu sama lain.
Hampir setiap kita mengetahui bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Bahkan, manusia tidak pernah menjadi manusia sejati tanpa melalui proses
sosialisasi, yang tentu saja berlangsung melalui proses interaksi sosial. Namun
demikian, tidak banyak dari kita yang merenungi betapa kesosialan manusia
bersifat sangat unik, menarik, dan bermanfaat untuk di pelajari.[3]
Sosial disini bisa juga di artikan
suatu kelompok atau kemasyarakatan yang satu sama lainnya sama-sama saling
membutuhkan pertolongannya baik dari segi jasmani maupun rohani, manusia
sebagai makhluk sosial merupakan peran yang sangat penting dalam sebuah
kehidupan demi mewujudkan suatu kepribadian serta beberapa tujuan sehingga
manusia tidak mungkin hidup dalam kesendirian tanpa bantuan orang lain (sosialisasi),
jika seandainya manusia hidup sendiri tanpa adanya faktor sosialisasi maka
suatu saat orang tersebut akan rapuh dengan sendirinya, maka dari itu sangatlah
banyak manfaat dari berkehidupan sosial atau bermasyarakat.
Yang dimaksud dengan pendidikan
sosial adalah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku
sosial yang utama, dasar- dasar kejiwaan yang mulia yang bersumber pada akidah
islamiyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam, agar di tengah-tengah
masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial baik, memiliki
keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.[4]
Dari beberapa pembahasan di atas
pendidikan sosial dapat di maknai bahwa pendidikan sosial itu merupakan suatu
pembentukan sikap atau keperibadian yang baik yang mana rasa saling tolong
menolong dan persaudaraan itu tumbuh dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai
mana yang telah diungkap dalam hadits berikut:
عن انس رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى
الله عليه وسلّم : انصر أخاك ظالما أو
مظلوما قالوا يا رسول الله هذا ننصره مظلوما فكيف ننصره ظالما ؟ قال: تأخذ فوق يدي
(تمنعه عن الظّلم بالفعل إن لم يمتنع بالقول)
“Dari anas berkata r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda:
Tolonglah saudaramu dalam keadaan menganiaya atau teraniaya, Mereka berkata:
Wahai Rasul Allah ini kami tolong karena teraniaya, bagaimana kami menolong
orang yang teraniaya? Nabi bersabda: Engkau cegah dari kedhaliman dengan tangan
kalau tidak bisa dengan lisan”.[5]
Telah
jelas dari hadits di atas menunjukkan bahwa rasa saling tolong menolong sesama
muslim itu memang harus selalu tertanam dalam diri kita sehingga nantinya akan
membentuk sikap yang baik serta keharmonisan dalam lingkungan masyarakat.
B.
Tujuan
Pendidikan Sosial
Dalam pendidikan sosial tidaklah sempurna
tanpa adanya suatu tujuan dimana tujuan tersebut merupakan suatu harapan besar
dari perseorangan yang selalu di dambakan keberhasilannya dan itu semua
merupakan suatu peran penting dalam pendidikan sosial, apabila sebuah tujuan
tersebut telah berhasil diraih maka hasilnya akan memuaskan dan tentunya ini
akan membentuk suatu kepribadian baik yang sesuai dengan yang diharapkannya.
Sebelum
menjelaskan bagaimana tujuan pendidikan dalam persepektif islam, ada baiknya
kalau berikut ini dikemukakan terlebih dahulu beberapa tujuan pendidikan
menurut beberapa tokoh. John Dewey termasuk di antara tokoh terkemuka dalam
pendidikan yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan
sikap hati-hati, awas, dan kebiasaan-kebiasaan berpikir teliti. The end and aim of education is “the formation of careful, alert,
and thorough habits of thinking.” Menurutnya, tujuan pendidikan progresif
adalah untuk ataka sejumlah keterampilan dan alat yang diperlukan idividu agar
dapat berinteraksi dengan dirinya sendiri atau dengan lingkungannya, yaitu
lingkungan yang senantiasa mengalami perkembangan dan perubahan. Alat- alat
tersebut hendaknya meliputi kemampuan menyelesaikan masalah (problem-solving
skills) yang dapat digunakan oleh Individu untuk mendefinisikan, menganalisis,
dan menyelesaikan berbagai persoalan, baik secara pribadi maupun sosial. Juga,
proses belajar harus difokuskan, pada perliaku Kooperatif dan disiplin pribadi, dimana keduanya amat
diperlukan untuk memfungsikan masyarakat yang demokratis.[6]
Pendidikan sosial ini mempunyai
tujuan penting yang di tekankan kepada anak didik untuk memperkuat kepercayaan,
sikap, ilmu pengetahuan, supaya anak didik dapat mempersiapkan dirinya supaya
bisa berperan dan menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, serta bisa
menanangani suatu permasalahan atau perubahan di lingkungannya dengan baik dan
benar.
Berangkat dari asumsi bahwa manusia adalah
hewan yang bermasyarakat (social animal) dan ilmu pengetahuan pada
dasarnya dibina di atas dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, mereka yang
berpandangan kemasyarakatan berpendapat bahwa pendidikan bertujuan mempersiapkan
manusia yang bisa berperan dan menyesuaikan diri dalam masyarakatnya masing –
masing. Berdasarkan hal
ini, tujuan dan target pendidikan dengan sendirinya diambil dan dan diupayakan
untuk memperkuat kepercayaan, sikap, limu pengetahuan, dan sejumlah keahilan
yang sudah diterima dan sangat berguna bagi masyarakat. Konsekuensinya, karena
kepercayaan, sikap, ilmu pengetahuan, dan keahilan yang bermanfaat dan diterima
oleh sebuah masyarakat itu senantiasa berubah, mereka berpendapat bahwa
pendidikan dalam masyarakat tersebut harus bisa mempersiapkan peserta didiknya
untuk menghadapi segala bentuk perubahan yang ada.[7]
Di dalam kehidupan bermasyarakat
kita dapat banyak mengetahui beberapa ilmu pengetahuan itu karna adanya suatu
kemasyarakatan (sosialisme), jika kita hubungkan dengan pendidikan sosial maka
hal ini sangat penting untuk di ajarkan kepada anak didik sehingga ia dapat
menyerap beberapa ilmu pengetahuan serta mengamalkannya suatu ajaran penting
demi mencerahkan masa depan dan terwujudnya sebuah cita-cita.
Ketika masyarakat yakin bahwa mereka memiliki
cara hidup yang tak ternilai harganya,
mereka mengupayakan sarana untuk meneruskan cara hidup itu kepada anak
keturunannya. Hasrat inilah
yang meningkat menjadi pendidikan formal. Bukan suatu kebetulan jika kumpulan
kepercayaan dan ataka pengetahuan tersebut dikaitkan dengan muatan pendidikan
yang beraneka ragam seperti halnya warisan sosial atau warisan budayanya. Tak
pelak lagi, semakin luas Kumpulan pengetahuan yang diteruskan dan semakin
banyak individu yang menerimanya, upaya pendidikan akan menjadi semakin luas
dan kompleks. Perkembangan kurikulum dan metodologi tidak pernah lepas dari
komitmen sosial sebelumnya . Komitmen sosial itulah yang harus senantiasa di
cermati mahasiswa pendidlikan komparatif sebelum melakukan studi tentang
penampilan luar bentuk-bentuk institusional dan praktek pengajaran yang lebih
cepat dikenali.[8]
Pada awal mulanya masyarakat mempunyai
keyakinan akan pola hidup mereka dan ilmu pengetahuan mereka yang tak ternilai
harganya, maka dari itu masyarakat tersebut meneruskan pola hidupnya kepada
anak-anaknnya sehingga mewujudkan sebuah pendidikan formal yang nantinya
menjadi suatu pendidikan yang menyeluruh dan akan semakin banyak individu yang
mempelajarinya, jika kita meneliti adanya pendidikan sosial tersebut bisa di katakan sebab adanya suatu kelompok kecil yang menganut ilmu pengetahuan yang
disebar luaskan secara bertahap agar semua orang yang masih ada dalam
pendidikan dapat menguatkan iman dan taqwa dan menyayangi sesamanya seperti
yang di utarakan oleh hadits berikut:
لايؤمن أحد كم حتىّ يحبّ لآخيه ما يحبّ لنفسه.
“Tidaklah beriman salah
seorang di antara kamu, sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri”.[9]
Iman yang di maksud dari hadits tersebut yaitu
mencintai sesamanya seperti halnya kita mencintai diri kita sendiri, seperti
misalnya kita beribadah kepada allah hendaknya kita mengajak saudaranya untuk
beribadah juga supaya tidak kita sesama muslim bisa saling mengajak kepada
kebaikan dan saling menolong dan mencegah pebuatan yang tidak baik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam pendidikan sosial yang yang berkaitan
terhadap lingkungan masyarakat hendaknya mempuayai pengetahuan yang lebih
sehingga nantinya bisa berinteraksi dan mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat,
kita akan lebih mudah mengatasi suatu permasalahan yang akan di hadapinya, jika
kita mempunyai beberapa ilmu pengetahuan kita dapat menyesuaikan diri di dalam
kemasyarakatan.
Beberapa tujuan pendidikan sosial yang telah
di urai ini dapat kita simpulkan bahwa tujuan tersebut bisa di bilang berhasil
apabila kita mengikuti sebuah ajaran yang bernuansa islami seperti yang telah
di kemukakan oleh beberapa hadits di atas yang menjelaskan tentang pendidikan
sosial yang baik begitupun bagi seorang pendidik yang nantinya akan terus
mengalir dan meluas dengan apa yang telah di terapkan dalam pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Al-attas, Syed M.Naquib, “Filsafat Dan Praktik Pendidikan Islam”,
Bandung: Penerbit Mizan, 2003.
Ø Assegaf, Abd. Rachman, , “Filsafat Pendidikan Islam”, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2011
Ø Hariyanto S.Pd “Pengertian Pendidikan Menurut Ahli”, di akses dari http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/.
Ø I.N. Thut, “Pola-Pola Pendidikan Dalam Masyarakat Kontemporer”,
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005
Ø Dr. Juwariyah, M. Ag, “Hadits Tarbawi”,
Yogyakarta: Penerbit Teras, 2010
Ø Nasih Ulwan, Dr. Abdullah, “Pendidikan Anak Dalam Islam”, Jakarta:
Pustaka Amani, 2007
Ø Rahardjo, Mujdia, “Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer”,
Malang: UIN-MALIKI PREES, 2010.
[1] Hariyanto
S.Pd, “Pengertian Pendidikan Menurut
Ahli”, Di Akses Dari Http://Belajarpsikologi.Com/Pengertian-Pendidikan-Menurut-Ahli/, Pada Tanggal 27 Okt 2016 Jam 12:04 AM.
[2] Abd.
Rachman Assegaf, “Filsafat Pendidikan Islam”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011, Hlm. 66
[3] Mujdia
Rahardjo, “Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer”, Malang: UIN-Maliki
Prees, 2010, Hlm. 17.
[4] Dr.
Abdullah Nasih Ulwan, “Pendidikan Anak Dalam Islam”, Jakarta: Pustaka Amani,
2007, Hlm. 435
[5] Dr. Juwariyah, M. Ag, “Hadits Tarbawi”, Yogyakarta: Penerbit Teras,
2010,Hlm. 56
[6] Abd.
Rachman Assegaf, “Filsafat Pendidikan Islam”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011, Hlm. 62-63
[7]
Syed M.Naquib Al-Attas, “Filsafat Dan Praktik Pendidikan Islam”, Bandung, Penerbit
Mizan, 2003, Halm. 164.
[8] I.N.
Thut, “Pola-Pola Pendidikan Dalam Masyarakat Kontemporer”, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2005, Hlm. 15.
[9] Dr. Abdullah Nasih Ulwan, “Pendidikan Anak Dalam Islam”, Jakarta:
Pustaka Amani, 2007, Hlm. 441
Tidak ada komentar:
Posting Komentar