Minggu, 05 Maret 2017

MAKALAH PENDIDIKAN SOSIAL



Makalah
PENDIDIKAN SOSIAL
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas,
Materi Hadits Tarbawi
Dosen Pengampuh Dr. H. Abdul Wahid Hasan, M. Ag


Disusun oleh :
NAWAFIL MAKHATIR

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) V B
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH
(INSTIKA)
GULUK – GULUK SUMENEP JAWA TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2016 – 2017











KATA PENGANTAR
            Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa yang mana saya dapat menyelesaikan tugas tentang “Pendidikan Sosial” dengan baik tanpa hambatan. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada para semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah diberikan kepada saya dalam  menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Hadits Tarbawi.
            Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, saya rasa bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari bapak dosen  pengampuh untuk menegur kekurangan dan kesalahan demi menyempurnakan makalah saya.
            Akhir kata, kami harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.



Penyusun
Nawafil Makhatir











DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang………………………………………………………….......1
  2. Rumusan Masalah……………………………………………….................. 1
BAB II
PEMBAHASAN
  1. Memahami Pendidikan Sosial………………………………………………. 2
  2. Tujuan Pendidikan Sosial…………………………………………………… 4
BAB III         
PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 8











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Pendidikan Sosial merupakan suatu pendidikan yang mempunyai hubungan erat dalam sebuah kemasyarakatan yang di dalamnya membantu dan saling memperingati atau menegur satu sama lain demi terwujudnya sebuah tujuan tertentu.
            Faktor-faktor kesulitan dalam mendidik dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan oleh lingkungan maupun pergaulannya yang mana disini cendrung membentuk sifat baik atau buruknya suatu prilaku perseorangan tersebut, bisa di pastikan itu semua di sebabkan oleh lingkungannya, jika lingkungan itu terdeteksi baik maka dampaknya akan baik juga dan justru sebaliknya namun jika kita terbawa terhadap lingkungan yang tidak sesuai dengan harapan, maka proses perubahan tersebut bagi seorang pendidik merasa kesulitan karna kebiasaan prilaku tidak baik pada seseorang tersebut sudah mendarah daging akibat lingkungan pergaulan bebas, bagi seorang pendidik itu merupakan suatu permasalahan yang harus di tangani dengan penuh kesadaran dan keseriusan dalam mendidik serta mencari cara yang memungkinkan mereka keluar dari kesulitan yang dialaminya.
            Hal ini dimaksudkan agar makin tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan mendorong masyarakat untuk terus berparisipasi aktif di dalamnya.

B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana kita memahami pendidikan sosial ..?
  2. Bagaimana tujuan pendidikan sosial …?







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Memahami Pendidikan Sosial
            Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.[1]
            Pendidikan sama halnya mempersiapkan dan mengintrospeksi beberapa kekurangan dalam diri kita yang nantinya akan di asah dan di sempurnakan oleh beberapa ilmu yang kita serap dari seorang pendidik tersebut, dan kita akan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya serta lebih mudah dalam menangani suatu permasalan, sebagaimana yang telah tertera dalam hadits berikut :
 اد بني ربّي فأ احسن تأ د بيى
“Aku di didik oleh tuhan ku, dan ia telah mendidikku dengan sebaik-baiknya”.[2]
                Dari hadits ini menunjukkan bahwa pendidikan dalam islam harus memiliki unsur dalam makna istilah diatas. Pendidikan dalam Islam adalah pengajaran, instruksi, perbaikan adab dan pembentukan karakter yang baik.
            Sedangkan Sosial merupakan suatu kelompok atau kemasyarakatan yang di dalamnya penuh rasa persaudaraan, saling tolong menolong antara satu sama lain.
Hampir setiap kita mengetahui bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bahkan, manusia tidak pernah menjadi manusia sejati tanpa melalui proses sosialisasi, yang tentu saja berlangsung melalui proses interaksi sosial. Namun demikian, tidak banyak dari kita yang merenungi betapa kesosialan manusia bersifat sangat unik, menarik, dan bermanfaat untuk di pelajari.[3]
            Sosial disini bisa juga di artikan suatu kelompok atau kemasyarakatan yang satu sama lainnya sama-sama saling membutuhkan pertolongannya baik dari segi jasmani maupun rohani, manusia sebagai makhluk sosial merupakan peran yang sangat penting dalam sebuah kehidupan demi mewujudkan suatu kepribadian serta beberapa tujuan sehingga manusia tidak mungkin hidup dalam kesendirian tanpa bantuan orang lain (sosialisasi), jika seandainya manusia hidup sendiri tanpa adanya faktor sosialisasi maka suatu saat orang tersebut akan rapuh dengan sendirinya, maka dari itu sangatlah banyak manfaat dari berkehidupan sosial atau bermasyarakat.
            Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasar- dasar kejiwaan yang mulia yang bersumber pada akidah islamiyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam, agar di tengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.[4]
            Dari beberapa pembahasan di atas pendidikan sosial dapat di maknai bahwa pendidikan sosial itu merupakan suatu pembentukan sikap atau keperibadian yang baik yang mana rasa saling tolong menolong dan persaudaraan itu tumbuh dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai mana yang telah diungkap dalam hadits berikut:
عن انس رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : انصر أخاك  ظالما أو مظلوما قالوا يا رسول الله هذا ننصره مظلوما فكيف ننصره ظالما ؟ قال: تأخذ فوق يدي (تمنعه عن الظّلم بالفعل إن لم يمتنع بالقول)
“Dari anas berkata r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Tolonglah saudaramu dalam keadaan menganiaya atau teraniaya, Mereka berkata: Wahai Rasul Allah ini kami tolong karena teraniaya, bagaimana kami menolong orang yang teraniaya? Nabi bersabda: Engkau cegah dari kedhaliman dengan tangan kalau tidak bisa dengan lisan”.[5]
            Telah jelas dari hadits di atas menunjukkan bahwa rasa saling tolong menolong sesama muslim itu memang harus selalu tertanam dalam diri kita sehingga nantinya akan membentuk sikap yang baik serta keharmonisan dalam lingkungan masyarakat.


B.     Tujuan Pendidikan Sosial
Dalam pendidikan sosial tidaklah sempurna tanpa adanya suatu tujuan dimana tujuan tersebut merupakan suatu harapan besar dari perseorangan yang selalu di dambakan keberhasilannya dan itu semua merupakan suatu peran penting dalam pendidikan sosial, apabila sebuah tujuan tersebut telah berhasil diraih maka hasilnya akan memuaskan dan tentunya ini akan membentuk suatu kepribadian baik yang sesuai dengan yang diharapkannya.
            Sebelum menjelaskan bagaimana tujuan pendidikan dalam persepektif islam, ada baiknya kalau berikut ini dikemukakan terlebih dahulu beberapa tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh. John Dewey termasuk di antara tokoh terkemuka dalam pendidikan yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan sikap hati-hati, awas, dan kebiasaan-kebiasaan berpikir teliti. The end and aim of education is “the formation of careful, alert, and thorough habits of thinking.” Menurutnya, tujuan pendidikan progresif adalah untuk ataka sejumlah keterampilan dan alat yang diperlukan idividu agar dapat berinteraksi dengan dirinya sendiri atau dengan lingkungannya, yaitu lingkungan yang senantiasa mengalami perkembangan dan perubahan. Alat- alat tersebut hendaknya meliputi kemampuan menyelesaikan masalah (problem-solving skills) yang dapat digunakan oleh Individu untuk mendefinisikan, menganalisis, dan menyelesaikan berbagai persoalan, baik secara pribadi maupun sosial. Juga, proses belajar harus difokuskan, pada perliaku Kooperatif  dan disiplin pribadi, dimana keduanya amat diperlukan untuk memfungsikan masyarakat yang demokratis.[6]
            Pendidikan sosial ini mempunyai tujuan penting yang di tekankan kepada anak didik untuk memperkuat kepercayaan, sikap, ilmu pengetahuan, supaya anak didik dapat mempersiapkan dirinya supaya bisa berperan dan menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, serta bisa menanangani suatu permasalahan atau perubahan di lingkungannya dengan baik dan benar.
Berangkat dari asumsi bahwa manusia adalah hewan yang bermasyarakat (social animal) dan ilmu pengetahuan pada dasarnya dibina di atas dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, mereka yang berpandangan kemasyarakatan berpendapat bahwa pendidikan bertujuan mempersiapkan manusia yang bisa berperan dan menyesuaikan diri dalam masyarakatnya masing – masing. Berdasarkan hal ini, tujuan dan target pendidikan dengan sendirinya diambil dan dan diupayakan untuk memperkuat kepercayaan, sikap, limu pengetahuan, dan sejumlah keahilan yang sudah diterima dan sangat berguna bagi masyarakat. Konsekuensinya, karena kepercayaan, sikap, ilmu pengetahuan, dan keahilan yang bermanfaat dan diterima oleh sebuah masyarakat itu senantiasa berubah, mereka berpendapat bahwa pendidikan dalam masyarakat tersebut harus bisa mempersiapkan peserta didiknya untuk menghadapi segala bentuk perubahan yang ada.[7]
            Di dalam kehidupan bermasyarakat kita dapat banyak mengetahui beberapa ilmu pengetahuan itu karna adanya suatu kemasyarakatan (sosialisme), jika kita hubungkan dengan pendidikan sosial maka hal ini sangat penting untuk di ajarkan kepada anak didik sehingga ia dapat menyerap beberapa ilmu pengetahuan serta mengamalkannya suatu ajaran penting demi mencerahkan masa depan dan terwujudnya sebuah cita-cita.
Ketika masyarakat yakin bahwa mereka memiliki cara hidup yang  tak ternilai harganya, mereka mengupayakan sarana untuk meneruskan cara hidup itu kepada anak keturunannya. Hasrat inilah yang meningkat menjadi pendidikan formal. Bukan suatu kebetulan jika kumpulan kepercayaan dan ataka pengetahuan tersebut dikaitkan dengan muatan pendidikan yang beraneka ragam seperti halnya warisan sosial atau warisan budayanya. Tak pelak lagi, semakin luas Kumpulan pengetahuan yang diteruskan dan semakin banyak individu yang menerimanya, upaya pendidikan akan menjadi semakin luas dan kompleks. Perkembangan kurikulum dan metodologi tidak pernah lepas dari komitmen sosial sebelumnya . Komitmen sosial itulah yang harus senantiasa di cermati mahasiswa pendidlikan komparatif sebelum melakukan studi tentang penampilan luar bentuk-bentuk institusional dan praktek pengajaran yang lebih cepat dikenali.[8]
Pada awal mulanya masyarakat mempunyai keyakinan akan pola hidup mereka dan ilmu pengetahuan mereka yang tak ternilai harganya, maka dari itu masyarakat tersebut meneruskan pola hidupnya kepada anak-anaknnya sehingga mewujudkan sebuah pendidikan formal yang nantinya menjadi suatu pendidikan yang menyeluruh dan akan semakin banyak individu yang mempelajarinya, jika kita meneliti adanya pendidikan sosial tersebut bisa di katakan sebab adanya suatu kelompok kecil yang menganut ilmu pengetahuan yang disebar luaskan secara bertahap agar semua orang yang masih ada dalam pendidikan dapat menguatkan iman dan taqwa dan menyayangi sesamanya seperti yang di utarakan oleh hadits berikut:
لايؤمن أحد كم حتىّ يحبّ لآخيه ما يحبّ لنفسه.
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu, sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.[9]
Iman yang di maksud dari hadits tersebut yaitu mencintai sesamanya seperti halnya kita mencintai diri kita sendiri, seperti misalnya kita beribadah kepada allah hendaknya kita mengajak saudaranya untuk beribadah juga supaya tidak kita sesama muslim bisa saling mengajak kepada kebaikan dan saling menolong dan mencegah pebuatan yang tidak baik.







 


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam pendidikan sosial yang yang berkaitan terhadap lingkungan masyarakat hendaknya mempuayai pengetahuan yang lebih sehingga nantinya bisa berinteraksi dan mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat, kita akan lebih mudah mengatasi suatu permasalahan yang akan di hadapinya, jika kita mempunyai beberapa ilmu pengetahuan kita dapat menyesuaikan diri di dalam kemasyarakatan.
Beberapa tujuan pendidikan sosial yang telah di urai ini dapat kita simpulkan bahwa tujuan tersebut bisa di bilang berhasil apabila kita mengikuti sebuah ajaran yang bernuansa islami seperti yang telah di kemukakan oleh beberapa hadits di atas yang menjelaskan tentang pendidikan sosial yang baik begitupun bagi seorang pendidik yang nantinya akan terus mengalir dan meluas dengan apa yang telah di terapkan dalam pembelajarannya.








DAFTAR PUSTAKA
Ø  Al-attas, Syed M.Naquib, “Filsafat Dan Praktik Pendidikan Islam”, Bandung: Penerbit Mizan, 2003.
Ø  Assegaf, Abd. Rachman, , “Filsafat Pendidikan Islam”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011
Ø  Hariyanto S.Pd “Pengertian Pendidikan Menurut Ahli”,  di akses dari http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/.
Ø  I.N. Thut, “Pola-Pola Pendidikan Dalam Masyarakat Kontemporer”, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005
Ø  Dr. Juwariyah, M. Ag, “Hadits Tarbawi”, Yogyakarta: Penerbit Teras, 2010
Ø  Nasih Ulwan, Dr. Abdullah, “Pendidikan Anak Dalam Islam”, Jakarta: Pustaka Amani, 2007
Ø  Rahardjo, Mujdia, “Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer”, Malang: UIN-MALIKI PREES, 2010.



[1] Hariyanto S.Pd, “Pengertian Pendidikan Menurut Ahli”,  Di Akses Dari Http://Belajarpsikologi.Com/Pengertian-Pendidikan-Menurut-Ahli/, Pada Tanggal 27 Okt 2016 Jam 12:04 AM.
[2] Abd. Rachman Assegaf, “Filsafat Pendidikan Islam”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, Hlm. 66
[3] Mujdia Rahardjo, “Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer”, Malang: UIN-Maliki Prees, 2010, Hlm. 17.
[4] Dr. Abdullah Nasih Ulwan, “Pendidikan Anak Dalam Islam”, Jakarta: Pustaka Amani, 2007, Hlm. 435
[5] Dr. Juwariyah, M. Ag, “Hadits Tarbawi”, Yogyakarta: Penerbit Teras, 2010,Hlm. 56
[6] Abd. Rachman Assegaf, “Filsafat Pendidikan Islam”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, Hlm. 62-63
[7] Syed M.Naquib Al-Attas, “Filsafat Dan Praktik Pendidikan Islam”, Bandung, Penerbit Mizan, 2003, Halm. 164.
[8] I.N. Thut, “Pola-Pola Pendidikan Dalam Masyarakat Kontemporer”, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005, Hlm. 15.
[9] Dr. Abdullah Nasih Ulwan, “Pendidikan Anak Dalam Islam”, Jakarta: Pustaka Amani, 2007, Hlm. 441

Tidak ada komentar:

Posting Komentar